Data Pasar Saham Indonesia

Laut Sehat, Nelayan Berdaulat: KKP Pamerkan Inisiatif Perikanan Skala Kecil di UNOC-3 Prancis

perikanan skala kecil Indonesia
Plt. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP Lotharia Latif pada gelaran The Third United Nations Ocean Conference (UNOC-3) 2025 di Port Lympia, Nice, Prancis. Foto: HO-Humas KKP.

Info Terkini dari Ranah Publik, Jakarta – Raners! Komitmen Indonesia terhadap laut yang sehat dan berkelanjutan kembali digaungkan ke dunia internasional. Dalam Konferensi Kelautan PBB ke-3 atau The Third United Nations Ocean Conference (UNOC-3) di Port Lympia, Nice, Prancis, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI membagikan praktik terbaik soal pengelolaan perikanan skala kecil yang inklusif dan berbasis kearifan lokal.

Pelaksana Tugas Dirjen Perikanan Tangkap KKP, Lotharia Latif, menegaskan peran Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar keempat dunia dengan potensi lestari hingga 12 juta ton ikan per tahun.

“Indonesia komitmen dalam memperkuat tata kelola laut berkelanjutan dan mendorong praktik perikanan skala kecil yang inklusif dan berbasis kearifan lokal,” ujarnya dalam forum yang digelar bersama Pemerintah Maladewa, Minggu (15/6/2025).

Sasi Label, Dari Maluku untuk Dunia

Bukan sekadar wacana, Raners. Indonesia datang ke konferensi ini membawa contoh konkret. Salah satunya adalah inisiatif Sasi Label dari Kepulauan Maluku. Sistem lokal yang mengatur larangan sementara penangkapan ikan untuk memberi waktu pemulihan ekosistem laut ini dinilai sebagai best practice berbasis masyarakat.

“Model ini tidak hanya melindungi ekosistem laut, tetapi juga memperkuat kelembagaan lokal, meningkatkan peran perempuan, serta mendorong akses pasar dan kesejahteraan nelayan melalui koperasi dan teknologi digital seperti e-logbook,” papar Latif.

Kalau laut kita sehat dan masyarakat berdaya, jelas dampaknya bukan cuma lingkungan, tapi juga ekonomi.

Produksi Naik, Ekspor Meningkat

Raners, berdasarkan data KKP, produksi perikanan tangkap Indonesia tumbuh rata-rata 3,94% per tahun, dari 4,51 juta ton pada 2016 menjadi 7,71 juta ton pada 2023. Itu menjadikan kita negara produsen perikanan tangkap terbesar kedua di dunia, setelah China.

Sementara nilai ekspor dari sektor skala kecil juga meningkat dari USD 3,31 miliar (2020) menjadi USD 3,91 miliar (2023)—didominasi komoditas unggulan seperti tuna-cakalang, cumi, sotong, gurita, dan kepiting.

Latif menambahkan bahwa ketahanan stok ikan nasional masih dalam batas aman, dengan tingkat pemanfaatan belum menyentuh 80% dari potensi maksimum lestari (MSY).

“Rata-rata produksi selama 2020–2024 tercatat sebesar 7,39 juta ton,” ungkapnya.

Menuju Kolaborasi Global di Ocean Impact Summit 2026

Melalui forum ini pula, Indonesia mengajak mitra global memperkuat kolaborasi menuju Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 14: Lautan dan Ekosistem Laut. Salah satu ajakan konkret adalah untuk hadir di Ocean Impact Summit Indonesia 2026.

“Kami mengundang seluruh mitra dan pemangku kepentingan untuk hadir dalam Ocean Impact Summit Indonesia 2026, sebagai bentuk nyata komitmen bersama untuk laut yang sehat dan berkelanjutan,” tutur Latif di hadapan delegasi dunia.

Diketahui, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono sebelumnya juga menegaskan komitmen Indonesia dalam perlindungan laut dan pembangunan ekonomi biru saat membuka UNOC-3 pada 9–13 Juni 2025.

Raners! Inisiatif-inisiatif dari laut Nusantara ini bukan cuma jadi kebanggaan nasional, tapi mulai jadi panutan global. Kalau dunia sudah melihat, masa kita sendiri nggak bangga?

Pantau terus jejak biru Indonesia hanya di Ranah Publik, Ranah Nyaman untuk Berita dan Informasi.

DSK | Foto: HO-Humas KKP

Rayakan 53 tahun Bluebird dengan promo spesial—perjalanan jadi makin nyaman dan hemat.

Promo 53 Tahun Bluebird
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x