Info Terkini dari Ranah Publik, Jakarta – Raners! Ada kabar baik dari sektor energi nasional. Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PAN, Eddy Soeparno, menyambut antusias penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Indonesia dan Singapura terkait ekspor listrik tenaga surya dari Kepri–Riau dan pemanfaatan Carbon Capture Storage (CCS) di Tanah Air.
Penandatanganan MoU itu dilakukan Jumat (13/6), dan dinilai sebagai tonggak strategis dalam mendorong energi hijau dan ekonomi rendah karbon di Indonesia.
“Saya memberikan apresiasi kepada Pak Bahlil dan jajaran Kementerian ESDM yang secara cepat menangkap peluang untuk pengembangan sektor energi terbarukan serta low carbon business di Indonesia melalui ekspor listrik dan industri CCS,” ujar Eddy dalam keterangan tertulis, Sabtu (16/6/2025).
Langkah ini nggak cuma soal ekspor energi. Menurut Eddy, kerja sama tersebut juga akan membuka lapangan kerja, menyerap investasi asing, dan mengembangkan industri panel surya serta teknologi CCS.
Indonesia–Singapura: Sinergi Energi Hijau
Raners, Singapura dikenal sebagai negara yang sangat bergantung pada energi impor—dan kini mereka butuh pasokan listrik dari sumber Energi Baru Terbarukan (EBT). Indonesia, dengan kekayaan energi surya dan panas bumi, jadi mitra yang pas banget.
“Kebutuhan listrik Singapura yang bersumber dari EBT sangat besar dan Indonesia adalah negara yang memiliki kedekatan geografis dan sumber energi surya yang diperlukan negara tetangga kita,” jelas Eddy.
Ia juga menyebut potensi panas bumi di Sumatera Barat sebagai sumber tambahan untuk memenuhi ekspor energi tersebut. Dengan adanya tarif menarik, ini bisa jadi peluang emas buat investor dalam negeri.
CCS: Dari Ancaman Jadi Potensi Pendapatan
Soal Carbon Capture Storage, Eddy menyampaikan bahwa potensi penyimpanan karbon Indonesia mencapai 600 gigaton—terbesar di Asia. Ini bukan cuma angka, tapi sumber pendapatan baru dan transfer teknologi dari negara maju.
“Teknologi CCS saat ini sudah teruji dan aman, sehingga pengembangan industri CCS ke depannya juga akan membawa transfer teknologi kepada anak bangsa,” ungkapnya.
Bukan cuma Singapura, negara lain seperti Korea, Jepang, dan Taiwan juga bisa menyimpan karbon industrinya di Indonesia. Semakin terbuka peluang low carbon business dan memperbesar porsi investasi asing langsung ke sektor hijau nasional.
Prioritas Dalam Negeri Tetap Dijaga
Raners, jangan khawatir soal suplai energi dalam negeri. Eddy memastikan bahwa ekspor listrik ini tidak akan ganggu kebutuhan nasional. Artinya, pasokan untuk rakyat tetap aman.
“Saya juga meyakini bahwa ekspor listrik ke luar negeri telah memperhitungkan kebutuhan domestik kita, sehingga kegiatan pengiriman energi ke Singapura tidak akan mengganggu kebutuhan listrik dalam negeri,” tegasnya.
Menuju Ketahanan Energi Nasional
Penutupnya? Harapan besar agar Indonesia bisa lebih mandiri dalam energi dan mengurangi ketergantungan pada impor energi fosil. Ini selaras dengan visi pemerintahan Prabowo dalam Asta Cita.
“Ke depannya saya berharap bahwa sektor EBT akan semakin berkembang di Indonesia, dalam rangka mengurangi ketergantungan pada energi fosil yang saat ini masih banyak diimpor, serta penguatan ketahanan energi nasional sejalan dengan Asta Cita pemerintahan Presiden Prabowo,” tutup Eddy.
Raners! Di tengah krisis iklim dan tuntutan dekarbonisasi global, langkah ini jadi sinyal kuat bahwa Indonesia nggak mau ketinggalan. Dari Kepri ke Singapura, dari karbon ke investasi—masa depan energi hijau sedang dibangun dari sekarang.
Pantau terus geliat energi nasional hanya di Ranah Publik, Ranah Nyaman untuk Berita dan Informasi.
DSK | Foto: HO-Humas MPR RI
