Info Terkini dari Ranah Publik, Jakarta – Raners! Di tengah sorotan publik soal efisiensi anggaran daerah, dua pesan penting datang dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Satu dari Komisi A DPRD yang menegaskan pelayanan publik tetap prioritas. Satu lagi dari Bappeda yang mengusung lima indikator Jakarta menuju kota global.
Pelayanan Publik Nggak Boleh Terganggu
Wakil Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta, Alia Noorayu Laksono, memastikan bahwa efisiensi anggaran dalam rapat Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) nggak akan mengorbankan kualitas pelayanan ke warga.
“Jadi hari ini kita melakukan rapat RKPD di Komisi A. Salah satu hal yang ditekankan tentunya efisiensi dari belanja pegawai dan penyempurnaan APBD agar digunakan secara efisien untuk hal-hal dan tidak menurunkan kualitas pelayanan publik,” ujarnya, Jumat (16/5/2025).
Pernyataan itu menegaskan bahwa efisiensi bukan berarti pemangkasan asal-asalan, melainkan penyesuaian yang tetap menjamin hak masyarakat terpenuhi.
“Pelayanan masyarakat tetap diutamakan, mungkin walaupun anggarannya ada perubahan tetap tidak ada yang dikurangi kualitas pelayanannya,” tandasnya lagi.
Ini penting, Raners. Karena di tengah ambisi global Jakarta, jangan sampai pelayanan dasar masyarakat jadi korban efisiensi.
Visi Besar Jakarta Kota Global
Sementara itu, dari panggung Jakarta Future Festival (JFF) 2025 di Taman Ismail Marzuki, Kepala Bappeda DKI Jakarta Atika Nur Rahmania menyampaikan lima indikator penting yang jadi pijakan Jakarta menjadi kota global.
“Ada lima indikator lima yang menjadi dimensi yang sesuai dengan visi misi Jakarta sekaligus momentum penting yang menjadi refleksi Jakarta beberapa tahun terakhir untuk mewujudkan Jakarta sebagai kota global,” ujar Atika.
Kelima indikator itu mencakup:
Ekonomi terkoneksi global
Modal manusia (human capital)
Pengalaman budaya (culture experience)
Kecepatan informasi
Keterlibatan politik (political engagement)
Raners, ini bukan sekadar jargon. Jakarta disebut telah mengalami kemajuan konsisten terutama dalam sektor budaya. Musik, film, hingga fesyen tumbuh jadi elemen yang mendongkrak identitas kota.
“Terkait bagaimana Jakarta, ukurannya dibandingkan yang lain, Jakarta naik dan konsisten. Artinya talenta di Jakarta, vibes itu sebenarnya bisa dengan sektor lain seperti musik, film, fesyen,” tambah Atika.
Tapi tentu saja, jadi kota global bukan cuma soal tampil kece. Jakarta ditantang menjawab isu mendasar: bagaimana tetap inklusif, terkoneksi, dan tetap manusiawi dalam prosesnya.
“Kita harus segera membuat rencana lima tahun ke depan, bagaimana kondisinya kita mampu mencari, mengenali solusi terhadap masalah,” ucapnya.
Raners, Gimana Tanggapanmu?
Langkah Pemprov DKI menyelaraskan efisiensi anggaran dan mimpi menjadi kota global ini memang ambisius. Tapi bukan mustahil. Selama keberpihakan tetap pada masyarakat, dan strategi dieksekusi bukan cuma wacana, bukan nggak mungkin Jakarta jadi kota panutan dunia yang tetap ramah untuk warganya.
Raners! Waspada, terlibat, dan jangan apatis. Masa depan Jakarta adalah masa depan kita semua.
Terus ikuti transformasi Ibu Kota hanya di Ranah Publik, Ranah Nyaman untuk Berita dan Informasi.
DSK | Foto: ANTARA/Siti Nurhaliza