Info Terkini dari Ranah Publik, Jakarta – Raners! Di tengah pesona alam dan seni Pulau Dewata, semangat kebangsaan justru menyala lewat audiensi bertajuk “Meniti Warisan, Merajut Masa Depan: Museum Sebagai Penjaga Peradaban”. Sosok yang hadir kali ini bukan seniman atau arkeolog—melainkan Wakil Ketua MPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas).
Di hadapan para pemerhati sejarah dan pelaku budaya di Museum Rudana, Bali, Ibas tak hanya bicara soal artefak masa lalu, tapi juga pentingnya menjadikan museum sebagai jembatan masa depan.
“Saya bisa mengatakan bahwa museum seni dan galeri adalah jembatan. Jembatan untuk peradaban juga jembatan untuk kehidupan kita yang lebih baik dan lebih benar,” ucap Ibas, Sabtu (17/5/2025).
Museum, Seni, dan Pilar Kebangsaan
Bagi Ibas, pelestarian budaya bukan nostalgia kosong. Ia mendorong agar museum dan seni menjadi bagian dari strategi pembangunan nasional, bahkan dipadukan dengan nilai-nilai Pancasila.
“Mari-lah kita terus mendorong, menjalankan, mengangkat dan mencintai seni, museum dan galeri termasuk kebudayaan kita agar lebih berkembang, lebih lestari, dan lebih mendunia. Tapi tidak lupa dengan pilar-pilar kebangsaan kita sesuai dengan Pancasila, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945,” tegasnya.
Stabilitas Sosial dan Premanisme: Jangan Main-main
Ibas juga menyinggung keamanan sosial yang harus dijaga agar kebudayaan tetap hidup nyaman di tengah masyarakat.
“Saya juga mendorong di hadapan saudara-saudara kita di Tanah Air agar stabilitas keamanan tetap terjaga dan mari sama-sama kita tolak terjadinya premanisme di mana-mana,” serunya.
Ia mencontohkan kearifan lokal Bali seperti pecalang sebagai bukti bahwa tradisi bisa jadi benteng sosial.
Seni dan Ekonomi Tak Bisa Dipisah
Menyentuh kondisi ekonomi global yang sedang tidak stabil, Ibas menyampaikan bahwa sektor budaya dan pariwisata pun terdampak.
“Karena berbicara seni budaya museum dan pariwisata, kita butuh ekonomi dunia masuk ke dalam negeri. Kita tidak cukup mengandalkan ekonomi bangsa saja, tapi kita perlu investasi, kita perlu kerjasama, kita perlu kolaborasi,” jelas Ibas.
Raners, ini jadi pengingat bahwa keberlanjutan museum dan seni bukan hanya soal estetika—tapi juga menyangkut arus ekonomi dan peluang kerja.
Jangan Sampai Bali Dilupakan Dunia
Ibas juga mengingatkan bahwa tren wisata global yang mulai masuk ke dunia digital (seperti wisata angkasa dan VR) tidak boleh membuat Indonesia kehilangan identitasnya.
“Kita tidak ingin Indonesia, Bali yang terkenal dengan persona alamnya, kecantikan alamnya dan peninggalan sejarahnya kemudian dilupakan,” katanya penuh peringatan.
Ia pun menyerukan rebranding destinasi wisata, serta regulasi yang adil bagi semua pelaku seni dan budaya.
“Tolong Bali sama-sama kita berjuang undang-undang kebudayaan benar-benar bisa memberikan pemanfaatan dan keuntungan kepada semua stakeholder,” tambahnya.
Dari Seniman untuk Indonesia
Audiensi ini juga diwarnai semangat dari berbagai pihak. Putu Supadma Rudana, Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia sekaligus tuan rumah, menyampaikan kebanggaannya atas kehadiran Ibas.
“Kami bangga, jarang tokoh dari Parlemen yang datang ke museum, tapi kita bangga Bapak Edhie Baskoro atau Mas Ibas ini datang ke museum, memuliakan museum, memuliakan kebudayaan, dan memuliakan seni budaya,” ujar Putu.
Sementara maestro tari Bali, Anak Agung Oka Dalem, mengingatkan bahwa seni Bali adalah satu kesatuan yang harus terus dikembangkan.
“Seni budaya itu tidak hanya seni tari saja, tapi juga seni tabuh, seni sastra, seni lukis, seni ukir. Semuanya adalah satu kesatuan,” tegasnya.
Raners! Museum, galeri, dan budaya bukanlah benda mati dari masa lalu. Lewat kerja sama lintas generasi, mereka bisa menjadi penggerak masa depan yang inklusif, lestari, dan mendunia.
Tetap ikuti kabar inspiratif lainnya hanya di Ranah Publik, Ranah Nyaman untuk Berita dan Informasi.
DSK | Foto: Foto: HO-Humas MPR RI