Info Terkini dari Ranah Publik, Jakarta: Hai Raners! Ada kabar mengkhawatirkan nih dari Maluku Utara. Video yang viral tentang Suku Togutil atau Orang Tobelo Dalam (O Hongana Manyawa) yang masuk ke areal pertambangan karena hutan tempat tinggal mereka tergusur, menarik perhatian Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. LaNyalla meminta Pemerintah Daerah (Pemda) Maluku Utara segera turun tangan memberikan perlindungan kepada suku asli tersebut. Yuk, kita bahas lebih lanjut!
Urgency of Protection for Suku Asli
Raners, LaNyalla meminta agar Pemda Maluku Utara betul-betul serius memberikan perlindungan kepada suku asli Pulau Halmahera ini. “Inilah pentingnya kajian dan pemetaan mendalam sebelum pembangunan dilakukan. Tujuannya, agar pembangunan yang diorientasikan menghadirkan kesejahteraan untuk masyarakat, tidak malah meminggirkan masyarakat,” ujar LaNyalla, Rabu (3/6/2024) di Jakarta. Setuju banget kan, Raners? Pembangunan harusnya membawa manfaat, bukan malah menggusur!
Pemetaan Ulang Tata Ruang
LaNyalla juga mengingatkan pentingnya memetakan ulang tata ruang di Maluku Utara dalam Perda RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah). Ini penting banget supaya ada aturan, kebijakan, dan strategi yang jelas dalam penataan ruang. “RTRW merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan wilayahnya. Perda RTRW di Provinsi Maluku Utara harus dibaca ulang,” tegas LaNyalla. Gimana menurut kalian, Raners?
Proteksi untuk Suku Asli
Selain itu, LaNyalla juga menekankan pentingnya memberikan proteksi untuk suku-suku asli di manapun berada. “Inilah pentingnya keterwakilan setiap elemen masyarakat di parlemen, dalam suatu lembaga tertinggi negara, agar kepentingan-kepentingan masyarakat terwakili dan mereka berdaulat atas segala hal yang berkaitan dengan hajat hidup mereka,” ujarnya. Proteksi ini penting banget biar suku-suku asli bisa terus bertahan dan hidup sejahtera.
Kronologi Kejadian
Raners, kejadian ini bermula ketika camp milik pekerja PT Weda Bay Nikel ramai didatangi tiga orang Suku Togutil pada Kamis (23/5/2024). Mereka tiba-tiba menyambangi kawasan pekerja yang berada di belakang Desa Waijoi, Kecamatan Wasile Selatan, Halmahera Timur. Dalam video yang beredar, tampak dua pria dan seorang perempuan suku Togutil mendatangi camp yang sudah gundul tanpa pepohonan karena areal pertambangan.
Populasi yang Terancam
Melansir data dari Peneliti dan Advokasi Asia dari Survival International, populasi suku Togutil yang hidup nomaden di belantara Hutan Halmahera kini tersisa sekitar 300-500 orang. Keberadaan mereka terancam oleh hadirnya perusahaan tambang nikel. Miris banget, kan?
Nah, Raners, gimana nih menurut kalian tentang kondisi ini? Penting banget kita semua aware dan dukung upaya perlindungan buat suku-suku asli seperti Togutil ini. Jangan lupa, terus pantau perkembangan ini di Ranah Publik. Follow akun media sosial kita biar nggak ketinggalan info terkini dan tips keren lainnya. Keep supporting and stay informed, Raners!
RK | Foto: Humas DPD RI